Paling OK

Paling OK
Ok Yah

Jumat, 30 Maret 2012

Sheikh Mujiburrahman Dan Bangladesh

PENDAHULUAN


Semenjak Pakistan resmi merdeka, negara tersebut dilanda krisis, antara lain peperangan dan pertiakaian. Pakistan yang muncul dalam keadaan terbagi dua yaitu Pakistan Barat dan Pakistan Timur dengan pusat kekuasaan berada di Pakistan Barat. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya krisis di antara kedua wilayah tersebut.
Melalui usaha yang keras dan gigih, Pakistan Timur mendapatkan kemerdekaannya dari Pakistan Barat, yaitu dengan resmi berdirinya negara Bangladesh. Kemerdekaan dan pendirian Negara Bangladesh tersebut tidak terlepas dari perjuangan para tokoh Bangladesh, di antaranya adalah Sheikh Mujiburrahman, yang kemudian hari menjadi tokoh penting dalam sejarah tokoh kemerdekaan Bangladesh.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang Sheikh Mujiburrahman dan perjuangannya, serta membahas mengenai kondisi umat Islam Bangladesh hari ini. Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan dan mengkaji keterkaitan antara dua pembahasan tersebut.










PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pecahnya Pakistan
Pakistan terletak di antara Afganistan di barat Laut dan India di Tenggara, Jam’mu dan Kashmir di Timur Laut yang meliputi provinsi Punjab, Sind, Baluchistan, dan Provinsi Barat Laut. Berdirinya Pakistan, sebuah negara yang muncul di dunia pada tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satu untuk Pakistan. Pakistan merupakan negara yang lahir dari aspirasi umat Islam India untuk mendirikan pemerintahan dimana mereka dapat hidup sesuai dengan prinsip dan ajaran Islam.
Pakistan memiliki dua wilayah yang secara geografis berbeda. Wilayah tersebut adalah Pakistan Barat yang letaknya berada di ujung barat, dan Pakistan Timur yang letaknya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah sejauh ribuan mil. Pakistan Timur sebelumnya disebut Benggala Timur, dan selanjutnya menjadi Pakistan Timur. Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara politik dan mengeksplotasi wilayah Timur secara ekonomi sehingga menimbulkan banyak keluhan.
Tahun 1950-an terjadi ketegangan antara Pakistan Timur dan Pakistan Barat yang menguasai kelompok militer dan pegawai sipil. Perpecahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :


1. Faktor Geografis
Ditinjau secara geografis letak antara Pakistan Barat dan Pakistran Timur sangat berjauhan dan jaraknya hingga ribuan mil. Sehingga jalannya komunikasi antara Pakistan Barat dengan Pakistan Timur sulit untuk dilakukan.
2. Faktor Politik
Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan, Liaquat Ali Khan tahun 1951, kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan terkadang militer. Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja Nazimuddin, Muhammad Ali Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy, terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh Pakistan Barat.
3. Faktor Ketidakseimbangan Militer
Faktor penempatan militer yang tidak seimbang antara Pakistan Timur dan Pakistan Barat disebabkan hanya divisi infanteri di Pakistan timur selain itu juga ketidakadilan pembagian biaya pengembangan militer untuk Perang India-Pakistan 1965, hal ini menjadi pemicu pecahnya Pakistan.
4. Faktor Bahasa
Penggunaan bahasa “Urdu” sebagai bahasa nasional. Bahasa Urdu merupakan bahasa yang digunakan oleh Pakistan Barat, sementara Pakistan Timur menggunakan bahasa Bengali.
5. Faktor Ekonomi
Pada wilayah Pakistan Barat tak mungkin dapat mencukupi makanan untuk kebutuhan hidupnya, karena sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Namun di Peshawar dan Mardam (dua distrik yang subur di provinsi itu) terdapat berbagai bahan mentah untuk industri dan kemungkinan memperoleh tenaga listrik yang murah. Di Peshawar terdapat sebuah pabrik gula dan di Mardam pada tahun 1950 juga didirikan pabrik gula yang akan memenuhi sebagian besar dari kekurangan-kekurangan gula di Pakistan Barat. Banyak didirikan pabrik buah-buahan dalam kaleng saat perang, dan banyak lagi yang dikembangkan di sana seperti wol yang biasanya di ekspor ke India. Pada tahap selanjutnya, pembuatan pabrik pakaian-pakaian tenun, kulit, kayu dan sebagainya, sehingga penduduk di Pakistan Barat dalam segi ekonomi telah banyak yang tercukupi dari industri-industri yang ada.
Namun lain halnya dengan Pakistan Timur, karena terpisah ribuan mil dari Pakistan Barat, penduduk terlalu banyak dan tidak mempunyai industri sendiri. Perdagangan dan perhubungan-perhubungannya di pusatkan di Calcutta (India), yaitu sebuah pelabuhan besar di India.

Karena banyak perbedaan seperti bahasa, pakaian dan cara hidupnya dengan Pakistan Barat, maka saat itu timbul keinginan untuk memisahkan diri dan memutuskan hubungan dengan Pakistan, sehingga dari beberapa faktor-faktor tersebut, menimbulkan tekad bulat rakyat Pakistan Timur untuk memisahkan diri dari Pakistan Barat.
Setelah Pakistan Timur resmi berpisah dengan Pakistan Barat, maka nama Pakistan Timur berubah menjadi Bangladesh, yang beribu kota Dakka. Wilayah ini terletak di dataran rendah aliran sungai Brahmana dan Gangga. Di bagian barat, Utara dan timur berbatasan dengan India, bagian tenggara berbatasan dengan Burma, bagian selatan dengan Teluk Benggala.








Gambar 1: Peta Bangladesh
B. Sheikh Mujiburrahman Dan Perjuangannya






Gambar 2: Sheikh Mujiburrahman

Mujiburrahman lahir di Tungipara, sebuah desa di Kabupaten Gopalganj, Provinsi Bengal. Beliau merupakan anak dari Sheikh Lutfur Rahman, seorang perwira yang bertanggung jawab atas pencatatan di pengadilan sipil Gopalganj. Dia anak ketiga dari enam bersaudara. Pada tahun 1929, Rahman masuk ke Sekolah Gopalganj Publik, dan dua tahun kemudian ke Sekolah Tinggi Islamia Madaripur. Namun, Mujib ditarik dari sekolah pada 1934 untuk menjalani operasi mata, dan kembali ke sekolah setelah empat tahun, karena tingkat keparahan akibat operasi dan penyembuhan yang lambat. Pada usia delapan belas tahun, Mujib menikah dengan Begum Lutfunnesa. Dia melahirkan dua anak perempuan mereka yaitu Sheikh Hasina dan Sheikh Rehana, serta tiga putra; Sheikh Kamal, Sheikh Jamal dan Sheikh Russel.
Mujib menjadi aktif secara politik ketika ia bergabung dengan All India Federation Muslim Student (Federasi Seluruh Mahasiswa Islam India) tahun 1940. Ia mendaftar di Islamia College (sekarang Maulana Azad College), sebuah perguruan tinggi yang bekerjasama dengan Universitas Calcutta, untuk belajar hukum dan politik. Ia kemudian bergabung dengan Bengal Liga Muslim tahun 1943 dan berhubungan dengan Huseyn Shaheed Suhrawardy, pemimpin muslim Bengali terkemuka. Selama periode ini, Mujib bekerja secara aktif. Pada tahun 1946 ia terpilih sebagai sekretaris jenderal Union College Islamia Student (Persatuan Mahasiswa Universitas Islamia). Setelah mendapatkan gelar sarjana pada tahun 1947, Mujib menjadi salah satu politisi Muslim yang bekerjasama dengan Suhrawardy selama pertempuran yang terjadi di Calcutta.
Setelah kembali ke Timur Bengal, ia mendaftar di Universitas Dhaka untuk belajar hukum dan mendirikan Liga Mahasiswa Muslim Pakistan Timur dan menjadi salah satu pemimpin mahasiswa yang paling menonjol dalam hal politik di provinsi Bengal. Selama tahun ini, Mujib mengembangkan berbagai aktivitas untuk sosialisasi sebagai solusi ideal menuntaskan kemiskinan, pengangguran dan kondisi hidup yang buruk.
Setelah deklarasi Muhammad Ali Jinnah dan perdana menteri Khwaja Nazimuddin pada tahun 1948, selanjutnya pada tanggal 26 Januari 1949 pemerintah mengumumkan bahwa bahasa Urdu resmi akan menjadi bahasa negara Pakistan. Ini berarti bahwa rakyat Pakistan Timur, terutama Bengali, harus mengadopsi bahasa Urdu sebagai bahasa negara, dan hal ini menyebabkan perpecahan terjadi antara seluruh masyarakat negara Pakistan.
Pada tahun 1951, Mujib mulai mengorganisir protes dan unjuk rasa dalam menanggapi pembunuhan yang dilakukan oleh polisi terhadap mahasiswa yang telah memprotes deklarasi Urdu sebagai bahasa tunggal Negara. Hal ini menimbulkan kekacauan yang menyebabkan Mujib dan beberapa Mahasiswa Universitas Dhaka serta aktivis politik lainnya ditangkap. Peristiwa ini dikenal dengan Gerakan Bahasa Bengali, juga dikenal sebagai Gerakan Bahasa (bahasa Bengali: ভাষা আন্দোলন; Bhasha Andolon). Gerakan ini adalah usaha politik di Pakistan Timur (Bangladesh) agar bahasa Bengali diakui sebagai bahasa resmi Pakistan. Pengakuan tersebut akan memperbolehkan bahasa Bengali digunakan dalam pemerintahan.
Setelah konflik selama bertahun-tahun, pemerintah pusat akhirnya memberikan status resmi kepada bahasa Bengali tahun 1956. Selanjutnya, Mujiburrahman dan lainnya dibebaskan dari penjara.
Pada tahun 1953, ia diangkat menjadi sekretaris jenderal partai Liga Muslim Awami dan terpilih sebagai anggota Majelis Legislatif Benggala Timur pada tingkat koalisi Front Persatuan tahun 1954. Ia pernah menjabat sebentar sebagai menteri pertanian selama pemerintahan AK Fazlul Huq. Hal ini disebabkan Mujib mengorganisir sebuah protes dari keputusan pemerintah pusat untuk membatalkan jabatan Front Persatuan. Kemudian dia terpilih untuk Majelis Konstituante kedua dari Pakistan dan menjabat dalam tahun 1955-1958.
Ketika Jenderal Ayub Khan membekukan konstitusi dan memberlakukan darurat militer pada tahun 1958, Mujib ditangkap karena mengorganisir perlawanan dan dipenjarakan sampai tahun 1961. Setelah dibebaskan dari penjara, Mujib mulai mengorganisir sebuah badan politik bawah tanah yang disebut Swadhin Bangal Biplobi Parishad (Revolusi Pembebasan Dewan Bangla), yang terdiri dari mahasiswa untuk menentang rezim Ayub Khan dan bekerja untuk kekuasaan politik yang meningkat bagi Bengali dan kemerdekaan Pakistan Timur. Dia sempat ditangkap lagi pada tahun 1962 untuk alasan yang sama.
Setelah kematian Suhrawardy pada tahun 1963, Mujib datang untuk memimpin Liga Awami, yang menjadi salah satu partai politik terbesar di Pakistan. Partai ini telah menghilangkan kata "Muslim" dari namanya dan bergerak ke arah sekularisme serta menjadi daya tarik yang lebih luas untuk masyarakat non-Muslim. Mujib adalah salah satu pemimpin kunci yang menggalang oposisi terhadap rencana Dasar Demokrasi Presiden Ayub Khan, penerapan darurat militer, yang terpusat pada kekuasaan dan menggabungkan beberapa provinsi. Bekerja sama dengan partai politik lainnya, dia mendukung calon oposisi Fatima Jinnah pada pemilu 1964. Mujib ditangkap dua minggu sebelum pemilihan karena tuduhan dan dipenjara selama setahun.
Pada tahun-tahun ini, ada ketidakpuasan yang meningkat di Pakistan Timur atas kekejaman yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Pakistan terhadap Bengali dan Pakistan Timur oleh rezim yang berkuasa. Ada juga konflik antara alokasi pendapatan dan perpajakan.
Kerusuhan atas penolakan demokrasi terus tersebar di Pakistan dan Mujib selalu mendukung oposisi untuk pembubaran provinsi. Pada tahun 1966, Mujib menyatakan rencana 6 poin berjudul Piagam Kelangsungan Hidup Kami pada konferensi nasional partai politik oposisi di Lahore, di mana ia menuntut otonomi politik, ekonomi dan pertahanan pemerintahan sendiri untuk Pakistan Timur terhadap federasi Pakistan.
Bergabung dengan semua pihak, konferensi yang diselenggarakan oleh Ayub Khan pada tahun 1969, Mujib menuntut penerimaan enam poin serta tuntutan partai politik lainnya. Iapun keluar dari konferensi setelah penolakan enam poin tersebut. Pada 5 Desember 1969 Mujib membuat pernyataan pada pertemuan publik yang diselenggarakan untuk mengenang ulang tahun kematian Suhrawardy. Sejak saat itu Pakistan Timur akan disebut "Bangladesh".
Deklarasi Mujib tersebut meningkatkan ketegangan di seluruh negeri. Para politisi dan militer Pakistan Barat mulai melihatnya sebagai pemimpin separatis. Pernyataannya mengenai identitas budaya dan etnis Bengali serta otonomi daerah dikaji ulang. Banyak kalangan sarjana dan pengamat percaya bahwa agitasi Bengali menekankan penolakan terhadap kasus dua bangsa, semenjak Pakistan berdiri. Dengan menegaskan identitas etno-budaya Bengali sebagai bangsa, Mujib mampu menggalang dukungan seluruh Pakistan Timur. Dalam hal ini Mujib disebut oleh pendukungnya sebagai "Bangabandhu" (secara harfiah berarti "Teman Benggala”).
Sebuah topan melanda pantai Pakistan Timur pada tahun 1970, yang menyebabkan meninggalnya ratusan ribu orang dan jutaan lainnya mengungsi. Periode berikutnya terjadi kemarahan ekstrim dan kerusuhan atas respon yang lemah dan tidak efektif yang dirasakan dari pemerintah pusat. Opini publik dan partai politik di Pakistan Timur menyalahkan pemerintah yang seperti sengaja lalai. Para politisi Pakistan Barat menuduh Liga Awami karena diduga menggunakan krisis untuk kepentingan politik. Ketidakpuasan menyebabkan perpecahan di dalam layanan sipil, polisi dan tentara Pakistan. Dalam pemilu yang diadakan pada bulan Desember 1970., Liga Awami di bawah kepemimpinan Mujib memenangkan suara mayoritas dalam pemilihan legislatif provinsi, dan mendapat kursi di Majelis Nasional yang baru.
Sheikh Mujibur Rahman ditangkap oleh Tentara Pakistan. Yahya Khan menunjuk Brigadir Rahimuddin Khan untuk memimpin pengadilan khusus Mujib. Pemimpin Liga Awami lainnya juga ditangkap, sementara sebagian melarikan diri dari Dhaka agar tidak ditangkap. Liga Awami dilarang oleh Jenderal Yahya Khan.
Kekerasaan yang disebabkan oleh tentara Pakistan, membuat marah orang Bengali. Dengan kemarahan tersebut, Sheikh Mujibur Rahman menandatangani deklarasi resmi yang berisi tentang kemerdekaan dan kedaulatan Bangladesh. Melalui pesan di radio, Mujib juga mengajak rakyat untuk melawan tentara.
Telegram berisi deklarasi Sheikh Mujibur Rahman didapat oleh mahasiswa di Chittagong. Pesan tersebut diterjemahkan ke bahasa Bengali oleh Dr. Manjula Anwar. Para mahasiswa gagal mendapat izin untuk menyiarkan pesan dari Stasiun Agrabad milik Radio Pakistan. Mereka menyebrangi Jembatan Kalurghat ke wilayah yang dikuasai oleh Resimen Bengal Timur dibawah Mayor Ziaur Rahman. Tentara Bengal menjaga stasiun ketika sedang mempersiapkan transmisi. Pada tanggal 26 Maret 1971, Mayor Ziaur Rahman menyiarkan pengumuman mengenai deklarasi kemerdekaan atas nama Sheikh Mujiburrahman.
26 Maret 1971 secara resmi adalah Hari Kemerdekaan Bangladesh, dan nama Bangladesh digunakan untuk selanjutnya. Pada Juli 1971, Perdana Menteri India, Indira Gandhi secara terbuka menyebut bekas Pakistan Timur sebagai Bangladesh.
Mujib kemudian terbang ke New Delhi dengan pesawat Royal Air Force yang diberikan oleh pemerintah Inggris untuk membawanya kembali ke Dhaka. Di New Delhi, ia diterima oleh Presiden India, Varahagiri Venkata Giri dan Perdana Menteri Indira Gandhi serta kabinet India dan seluruh kepala angkatan bersenjata. Di Delhi tampak meriah di mana Mujib dan Indira dikerumuni oleh orang-orang dan ia secara terbuka mengucapkan terima kasih untuk Indira Gandhi dan orang-orang India. Dari New Delhi, Sheikh Mujib terbang kembali ke Dhaka. Ia disambut oleh masyarakat Bangladesh di Bandara Tejgaon.









Gambar 3: Sheikh Mujiburrahman
berpidato di depan rakyat Pakistan Timur pada 7 Maret 1971.

C. Pasca Kemerdekaan Bangladesh
Setelah Bangladesh resmi merdeka, Sheikh Mujibburrahman diangkat sebagai presiden Bangladesh. Lelaki yang dijuluki sebagai bapak kebangsaan Bangladesh banyak mengalami kepahitan di masa hidupnya. Dalam masa pemerintahannya Mujibburrahman berusaha mengatasi berbagai tantangan seperti memberantas korupsi, memperbaiki perekonomian, memperbaiki taraf hidup negara Bangladesh dari kemiskinan. Namun, ternyata bukan itu saja yang harus diperbaharui. Kemelut dalam angkatan bersenjata ikut memperkeruh suasana. Mujibburrahman tidak memasukkan angkata bersenjata dalam politik dan pemerintahannya, melainkan hanya sebagai alat keamanan negara. Masalah pemerintahan ditangani oleh kelompok - kelompok sipil.
Dengan adanya perbedaan ini, angkatan bersenjata tidak puas, merasa dinomor duakan, sehingga menimbulkan kudeta. Presiden Mujib bur Rachman terbunuh beserta beberapa anggota keluarganya, empat tahun setelah merdeka. Hanya anak-anak perempuannya, Sheikh Hasina Wajed dan Sheikh Rehana, yang sedang mengunjungi Jerman Barat, melarikan diri. Mereka dilarang kembali ke Bangladesh.
Di pengasingan, Sheikh Hasina menjadi pemimpin Liga Awami. Dia kembali ke Bangladesh pada 17 Mei 1981 dan memimpin oposisi terhadap rezim militer Presiden Irsyad. Dalam pemilu setelah pemulihan demokrasi pada tahun 1991, Sheikh Hasina menjadi pemimpin oposisi. Pada tahun 1996, dia memenangkan pemilu dan dinobatkan menjadi perdana menteri Bangladesh hingga saat ini.

D. Kondisi Umat Islam Bangladesh Saat Ini
Jumlah penduduk Bangladesh diperkirakan mencapai 125.200.000 jiwa, hal ini berdasarkan data statistik tahun 1998. Saat ini jumlah penduduknya meningkat hingga 159 juta, dan menjadikannya negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-7 di dunia.
Persentase kaum muslim di negeri ini mencapai lebih dari 85%, mayoritasnya adalah pengikut Sunni, ada sedikit pengikut Syi’ah, Ahmadiyyah, dan yang lainnya adalah pemeluk Hindu, Budha dan Nasrani. Bangladesh adalah negara Muslim terbesar ke-4 setelah Indonesia, Pakistan, dan India. Islam merupakan agama negara, tetapi agama lain juga boleh dianut. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengakui negara ini sebagai negara Islam yang demokratis dan moderat.
Penduduk negeri ini menyandarkan perekonomiannya pada pertanian. Rintangan bagi pertumbuhan ekonomi adalah badai siklon dan banjir yang sering datang, perusahaan milik negara yang tidak efisien, fasilitas pelabuhan yang salah urus, pertumbuhan tenaga kerja yang tidak seimbang dengan lapangan kerja, penggunaan sumber daya energi yang tidak efisien (seperti gas alam), listrik yang tak mencukupi, perwujudan reformasi ekonomi yang lambat, pertarungan politik, dan korupsi. Menurut Bank Dunia Juli 2005: "Di antara hambatan paling signifikan bagi Bangladesh untuk berkembang ialah buruknya pemerintahan dan lemahnya lembaga masyarakat. "
Walaupun berbagai rintangan menghalang, sejak 1990 negeri ini telah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata 5%. Satu sumbangan penting untuk pengembangan ekonomi Bangladesh ialah pencanangan kredit mikro oleh Muhammad Yunus (dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian pada 2006) melalui Bank Grameen.
Pada tahun 2011, Partai berkuasa Liga Awami ingin mempertahankan Islam sebagai agama negara, namun agama lain mendapatkan hak-hak yang sama. Putri Mujiburrahman itu mengatakan bahwa konstitusi harus menjamin persamaan hak bagi penganut agama lain. Kemunculan Hasina yang berpendapat demikian merupakan yang pertama di hadapan komite parlemen yang sedang mengkaji konstitusi terkait keputusan Mahkamah Agung yang menetapkan sejumlah amandemen.

E. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjuangan umat Islam Pakistan Timur untuk memisahkan diri dari Pakistan Barat merupakan sebuah hal yang wajar. Walaupun mereka masih satu akidah dengan penduduk Pakistan Barat, namun karena adanya perbedaan-perbedaan tertentu seperti perbedaan bahasa, letak geografis, ketidak adilan dan sebagainya, pada akhirnya menyebabkan konflik yang berujung terbentuknya negara Bangladesh.
Dalam usaha pendirian negara Bangladesh bagi masyarakat Bengali, tidak terlepas dari peran seorang tokoh Sheikh Mujiburrahman yang disebut sebagai bapak kebangsaan Bangladesh. Dengan usahanya yang tidak kenal pantang menyerah mampu membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Bengali untuk menuntut hak-hak mereka. Perjuangan Sheikh Mujiburrahman akhirnya membuahkan hasil yaitu terbentuknya negara Bangladesh dan ia diangkat sebagai kepala negara tersebut.
Pada tahap selanjutnya, Bangladesh yang telah merdeka menghadapi berbagai tantangan, baik itu berupa krisis politik, ekonomi, dan sebagainya. Hal ini merupakan sebuah cobaan yang harus dihadapi oleh umat Islam Bangladesh.




DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Judul asli: At-Tarikh Al-Islami, penerjemah: Samson Rahman, Akbar Media, Jakarta: 2010, cet. 10
Erwin, Tuti Nuriah, Asia Selatan Dalam Sejarah, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta: 1990.

Hamzah, Amal, Dunia Sekitar Kita; Pakistan, Sebuah Negara Islam Muda, Djambatan, Jakarta: 1952.

Saifullah, Perkembangan Modern Dalam Islam; Tokoh Dan Gerakan Pembaharuan Dalam Islam Di Kawasan Turki Dan Asia Selatan, IAIN IB Press, Padang: 2006.
Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam : Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2009, cet. I.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2010, cet. 22.

http://iskandarberkasta-sudra.blogspot.com/2011/04/pecahnya-pakistan-dan-terbentuknya.html.
http://ekozuardeyi.wordpress.com/2012/01/01/pecahnya-pakistan-dan-terbentuknya-bangladesh.
http://www.hidayatullah.com/read/16690/28/04/2011/hasina-pertahankan-islam-agama-negara-bangladesh.html.
http://en.wikipedia.org/wiki/Sheikh_Mujibur_Rahman.
http://en.wikipedia.org/wiki/Bangladesh.
http://warofweekly.blogspot.com/2011/02/perang-kemerdekaan-bangladesh.html.
http://warofweekly.blogspot.com/2011/02/gerakan-bahasa-bengali-di-pakistan.html.